Suzzanna: Bernapas dalam Kubur merupakan film horor Indonesia yang akan diluncurkan pada 15 November 2018.[1] Film ini disutradarai oleh Rocky Soraya dan Anggy Umbara.[2] Film ini di bintangi oleh Luna Maya, Herjunot Ali, Clift Sangra, Teuku Rifnu Wikana, Alex Abbad, Verdi Solaiman, Kiki Narendra, Asri Welas, Opie Kumis, dan Ence Bagus.[3][4] Film ini akan ‘melahirkan kembali’ sosok legendaris yang juga dijuluki “ratu film horor nasional”, Suzanna.
Film ini mengisahkan Suzzanna (Luna Maya) dan Satria (Herjunot Ali) yang sudah menikah selama tujuh tahun tapi belum punya anak. Suatu ketika Suzzanna hamil, tapi sayangnya Satria harus dinas keluar negeri.[5]
Kepergian Satria dimanfaatkan oleh empat karyawannya; Jonal (Verdi Solaiman), Umar (Teuku Rifnu Wikana), Dudun (Alex Abbad), dan Gino (Kiki Narendra). Mereka dendam kepada Satria dan berniat merampok rumahnya ketika si tuan rumah tak ada. Rencana perampokan itu berujung kematian Suzzanna.[5]
Kawanan perampok panik dan mengubur jenazah istri majikannya di belakang rumah. Anehnya, besok hari Suzzanna beraktivitas seperti biasa, seperti tak terjadi apa-apa.[5]
- Luna Maya sebagai Suzzanna
- Herjunot Ali sebagai Satria
- Clift Sangra sebagai Bekti
- Teuku Rifnu Wikana sebagai Umar
- Alex Abbad sebagai Dudun
- Verdi Solaiman sebagai Jonal
- Kiki Narendra sebagai Gino
- Asri Welas sebagai Mia
- Opie Kumis sebagai Rojali
- Ence Bagus sebagai Tohir
- Norman R. Akyuwen sebagai Turu
- Lufthi Sandy sebagai Cak Kasan
Menurut Sunil, proyek film ini sejatinya dimulai sejak lima tahun lalu. Pihaknya mengaku kesulitan mencari aktris yang pas untuk menghidupkan kembali Suzanna. Ia sampai menggunakan jasa tim tata rias dari Rusia. Suatu ketika, Luna Maya terpilih. Tantangan lain muncul ketika sutradara berganti dari Anggy Umbara menjadi Rocky Soraya. Sunil menyatakan ini bukan karena ada prahara. Pergantian itu menyebabkan Soraya Intercine Films harus mengadakan syuting ulang. Rocky Soraya mengerjakan sebanyak 70 persen adegan termasuk adegan pembuka dan penutup. Secara total, syuting mencapai 52 hari. Cut pertama film ini mencapai 4,5 jam; 70 persen di antaranya dari hasil reshoot.[5]
Tantangan-tantangan itu membuat ongkos produksi membesar. Sunil tidak mau menyebut angka, tapi menurutnya tidak beda jauh dengan Tenggelamnya Kapal Van der Wijk, film epik yang punya set mewah dan jadi film termahal sepanjang sejarah Soraya Intercine Films. Sementara yang bikin biaya produksi film membengkak bukan hanya dari set mewah tetapi dari syuting ber-setting tahun 80-an, perbaikan, reshoot, dan tim yang begitu besar.
0 komentar:
Posting Komentar